Empat Belas Alasan Mengapa Manusia Enggan Berubah
Empat Belas Alasan Mengapa Manusia Enggan Berubah
"Change is not made without inconvenience, even from worse to better" (Richard Hooker)
1. Perubahan itu bukan datang dari orang tersebut Kebanyakan sikap kita terhadap perubahan lebih ditentukan oleh "Apakah saya yang memeloporinya" atau "Orang lain yang memeloporinya".John C. Maxwell
1. Perubahan itu bukan datang dari orang tersebut Kebanyakan sikap kita terhadap perubahan lebih ditentukan oleh "Apakah saya yang memeloporinya" atau "Orang lain yang memeloporinya".John C. Maxwell
2.. Gangguan Terhadap Rutinitas Pertama-tama kita membentuk habit. Tapi kemudian habit akan membentuk kita. John C. Maxwell
Untuk berubah kita harus punya kemampuan belajar dua hal sekaligus, satu, belajar membuang kebiasaan kebiasaan lama (To Unlearn) dan dua, mengadopsi atau belajar (to learn) tentang hal-hal yang baru
3. Perubahan Menimbulkan Ketakutan-ketakutan terhadap Sesuatu yang Baru
Kebanyakan kita lebih familier dengan masalah-masalah lama ketimbang
solusi-solusi baru. Ketika segala sesuatu berubah, memasuki dunia baru
dapat diibaratkan bagai masuk hutan yang gelap tanpa petunjuk jalan,
peta dan kompas Bahkan disana tak ada pernghuni sama sekali. Untuk
menghadapi perubahan, adakalanya Anda wajib meruntuhkan seluruh bnagunan
lama yang sudah ada disana. Bukan sekedar menempelkan bangunan-bangunan
baru disekitar gedung lama.
4. Tujuan Perubahan Tidak Jelas
Ketika suatu keputusan dibuat, semakin jauh seorang karyawan
mendengarnya dari pengambil keputusan maka semakin besar pula keenganan
untuk menerimanya John C. Maxwell
Perubahan
selalu melibatkan visi, yang artinya "ada sesuatu yang dapat dilihat
seseorang", sementara yang lainnya belum tentu mampu melihatnya. Tugas
Anda adalah membuat agar apa yang Anda lihat itu dapat juga dilihat
dengan jelas oleh orang-orang Anda. "Ngapain sih yang sudah bagus-bagus
dan enak kok diubah lagi?" Orang-orang yang bergumam demikian biasanya
belum bisa melihat apa yang Anda lihat. Mungkin mereka melihatnya,
tetapi masih samar-samar, dan cara melihat atau perspektifnya tidak
sama. Untuk membuat mereka jelas maka idealnya semua orang harus
menerima informasi dari Tangan Pertama. Dengan begitu, mereka lebih
familiar dan lebih nyaman. Selalu saja terdapat perbedaan "rasa" melihat
dari tangan pertama dengan melihat dari tangan kedua atau ketiga. Maka
usahakanlah memberikan "First hand Information" kepada mereka yang Anda
angap penting dalam perubahan ini
5. Perubahan Menimbulkan Rasa Takut Kegagalan
Banyak orang yang memilih untuk sekedar bermain agar "jangan sampai
kehilangan" (Play to not-lose) aripada "bermain untuk menang" (Play to
win). Kedua sikap ini tentu berbeda. Orang-orang yang masuk dalam
kategori pertama cenderung menghindari resiko. Mereka ibaratnya menjaga
anaknya dengan dengan penuh hati-hati saat sedang belajar naik sepeda.
Mereka tak membolekan anaknya jatuh dari sepeda meski jatuh itu akan
membuatnya lebih berhati-hati. Kalau sekolah, prinsipnya adalah "yang
penting lulus saja" atau "yang penting tidak drop out". Orang-orang ini
berbeda dengan kelompok kedua yang cenderung lebh berani dalam
menghadapi kegagalan. Bagi mereka "kegagalan adalah Ibu Penemuan".
Dengan kegagalan mereka menjadi lebih berani menghadapi hidup.
6. Pengorbanan yang Diberikan Terlalu Besar
"Pengorbanan" sering kali bukan merupakan cerminan dari sesuatu yang
terjadi sesungguhnya, melainkan cerminan dari apa yang dipikirkan
seseorang. Dengan kata lain, persepsi terhadap perubahanlah yang
membentuk pandangan-pandangan seseorang. Manusia pada dasarnya engan
menerima suatu perubahan manakala ia mempunyai persepsi bahwa ia
mempunyai persepsi bahwa pengorbanan yang harus diberikan lebih besar
daripada manfaat yang akan diterimanya. Manusia selalu menimbang-nimbnag
hubungan antara manfaat/mudarat, keuntungan/kerugian personal yang akan
dialami, dan tentu saja manfaat/kerugian organisasi/bangsanya. Untuk
mendorong perubahan dibutuhkan keyakinan bahwa manfaat yang akan
diterima lebih besar daripada pengorbanan-pengorbanan yang harus
diberikan.
7. Sudah Puas dengan Kondisi Sekarang
Suatu ketika manusia akan mengalami atau memasuki zona kenyamanan
(Comfort Zone) dan memeluk erat-erat selimut kenyamanan (security
blanket)-nya. Hampir setiap kanak-kanak punya selimut tersebut. Tak ada
cara lain untuk mengubah manusia kecuali membuatnya sadar dengan ia
sendiri yang mengubahnya. Dalam pekerjaan, bisnis, atau pemerintahan,
sebetulnya sikap manusia sama saja. Kebanyakan kita lebih memilih untuk
mati daripada berubah. Kita biarkan semua berjalan seperti sebelumnya,
walaupun kita sudah menuju pada jurang kehancuran. Orang-orang dewasa
suatu ketika juga akan memasuki zona kenyamanan itu dan memeluk
erat-erat selimut rasa amannya. Mereka bahkan enggan melepaskannya.
Selama manusia sudah merasa puas dan nyaman, perubahan akan sulit
diwujudkan.
8. Pikiran-pikiran Negatif Mereka yang berpikiran negatif akan menghadapi kekecewaan di masa depannya.. John C. Maxwell
Perubahan
tentu saja akan sulit dilakukan selama orang-orang punya pikiran
negatif. Orang-orang yang berpikiran negatif akan selalu mencari
argumentasi bahwa perubahan yang dilakukan salah dan menyimpang.
Orang-orang yang berpikiran negatif akan selalu menciptakan
halangan-halangan dn tentu saja dapat Anda temui dimanapun Anda berada.
Tapi hukum alam mengatakan, mereka yang tidak mau berubah akan menemui
kesulitannya sendiri.
9. Para Pengikut Tak Punya Respek Pada Pemimpinnya Pemimpin bisa gagal melakukan perubahan kalau pengikut-pengikutnya kurang respek. Tanpa Integritas, seorang pemimpin tak akan dituruti, kata-katanya tak akan bertuah. 10. Kecemasan Seorang Atasan Kecemasan bukan hanya ada dibawah, melainkan juga di atas. Banyak kegagalan organisasi yang juga disebabkan oleh persoalan di lini atas, yaitu atasan-atasan yang tidak kompak, saling menyalahkan dan cemas terhadap perubahan yang telah mereka canangkan sendiri. Mereka ingin berubah , tetapi tidak mau menerima akibat-akibat negatifnya, seperti kritik pedas, demo karyawan, surat kaleng, salah arah, kehilangan tunjangan-tunjangan, tau kehilangan jabatan. Merkea kadang menganggap kritik sebagai serangan terhadap hidup pribadinya, bukan sebagai cambuk untuk perbaikan.
11. Perubahan Bisa Berarti Kehilangan Sesuatu. Dalam setiap perubahan, orang selalu menimbang-nimbang apa yang bakal terjadi pada hidup pribadinya. Setidaknya ada tiga kelompok yang berbeda dalam menerima akibatnya.. (1). Mereka yang dirugikan (2). Mereka yang tidak banyak terpengaruh dan (3). Mereka yang bakal diuntungkan. Mereka yang merasa akan menjadi korban atau harus lebih banyak berkorban jelas akan sangat merasa diperlakukan tidak adil, dan tentu saja menghambat/enggan terhadap perubahan. Maka, sekecil apapun, cobalah menghindari perlakuan-perlakuan kurang adil dalam perubahan. Setiap pihak harus diupayakan menerima efek perubahan dengan porsi yang sama.
9. Para Pengikut Tak Punya Respek Pada Pemimpinnya Pemimpin bisa gagal melakukan perubahan kalau pengikut-pengikutnya kurang respek. Tanpa Integritas, seorang pemimpin tak akan dituruti, kata-katanya tak akan bertuah. 10. Kecemasan Seorang Atasan Kecemasan bukan hanya ada dibawah, melainkan juga di atas. Banyak kegagalan organisasi yang juga disebabkan oleh persoalan di lini atas, yaitu atasan-atasan yang tidak kompak, saling menyalahkan dan cemas terhadap perubahan yang telah mereka canangkan sendiri. Mereka ingin berubah , tetapi tidak mau menerima akibat-akibat negatifnya, seperti kritik pedas, demo karyawan, surat kaleng, salah arah, kehilangan tunjangan-tunjangan, tau kehilangan jabatan. Merkea kadang menganggap kritik sebagai serangan terhadap hidup pribadinya, bukan sebagai cambuk untuk perbaikan.
11. Perubahan Bisa Berarti Kehilangan Sesuatu. Dalam setiap perubahan, orang selalu menimbang-nimbang apa yang bakal terjadi pada hidup pribadinya. Setidaknya ada tiga kelompok yang berbeda dalam menerima akibatnya.. (1). Mereka yang dirugikan (2). Mereka yang tidak banyak terpengaruh dan (3). Mereka yang bakal diuntungkan. Mereka yang merasa akan menjadi korban atau harus lebih banyak berkorban jelas akan sangat merasa diperlakukan tidak adil, dan tentu saja menghambat/enggan terhadap perubahan. Maka, sekecil apapun, cobalah menghindari perlakuan-perlakuan kurang adil dalam perubahan. Setiap pihak harus diupayakan menerima efek perubahan dengan porsi yang sama.
12. Perubahan Menuntut Tambahan Komitmen
Setiap melakukan perubahan, manusia selalu akan memikirkan tambahan
beban kerja dan waktu seperti apa yang harus diberikan untuk melengkapi
perubahan tersebut? Dalam banyak hal, perubahan menuntut komitmen waktu.
Mustahil Anda mengubah sesuatu tetapi tidak berani mengawalnya. Anda
harus berada dalam denyut nadi perubahan itu bersama-sama.
13. Berpikir Sempit
Orang-orang berpikiran sempit tak bisa melihat kebenaran. Mereka hanya
mempercayai jalan pikirannya sendiri, yaitu jalan pikiran yang sudah
membentuknya selama bertahun-tahun. Sebagian besar dari mereka jarang
bergaul ke luar atau kalau bergaul ke luar, mereka selalu terasing,
mengisolasi diri dari faktor-faktor luar, membentengi diri dengan
belief-nya sendiri. Secara akademik mereka bisa saja pintar. Bisa saja
mereka sekolah di luar negeri. Tetapi selama di luar negeri bisa jadi
mereke hanya bergaul di kalagan terbatas, yaitu kalangan yang "sama"
seperti mereka sehingga sulit menerima yang berbeda. Orang-orang yang
berpikiran sempit akan selalu menciptakan halangan-halangan untuk
perubahan dngan alasan untuk kebaikan menurut versi mereka sendiri. Tapi
terhadap mereka, Anda tidakboleh menghindar, melainkan harus menghadapi
secara ksatria. Ubah sebisanya, walaupun sangat sulit.Dengan menghadapi
orang-orang ini setidaknya anda telah menunjukkan keberanian nda
terhadap mereka yang pasif. Anda mungkin harus menjauhi orang-orang ini
dan tidak perlu menganggap kehadirannya dengan serius, tetapi ia bisa
saja menularkan pikiran-pikiran sempitnya pada orang-orang berpengaruh.
Ada dua tipe orang berwawasan sempit. Mereka berwawasan sempit namun
jujur dan tidak jahat, dan mereka yang sempit namun tidak, berprasangka
buruk, berpikiran negatif dan tidak menyenangkan. Terhadap pihak
pertama, Anda tidak perlu mencemaskannya, cukup diajak saling
menghormati pikiran masing-masing. Tugas anda adalah melepaskan tali
temali yang membelenggu tangan, kaki dan pikiran-pikiran mereka.
Terhadap yang kedua, Anda perlu mewaspadainya dan membentengi
orang-orang baik dari serangan peluru gelapnya. Ia bisa saja mengatakan
telah mendengar banyak hal negatif tentang anda (dan perubahan yang Anda
lakukan) dan mersa "kupingnya panas", padahal kuping itu panas karena
mulutnya sendiri. Ia bisa mengganggu perubahan atas nama "kebenaran".
tetapi ia tidak akan memperoleh dukungan karena ketidakjujurannya.
14. Terperangkap tradisi
Kita Semuanya terpenjara, namun beberapa diantara kita berada dalam sel
berjendela. Dan beberapa lainnya dalam sel tanpa jendela Kahlil Gibran
“Manusia yang terikat oleh tradisi bisa sampai sulit untuk berubah”
sumber: dari buku "Change" Oleh Rheinald Kasali, Ph.D, dengan adanya perubahan susunan kata.
Inspired
BalasHapus